Selasa, 02 Februari 2016

Mengenal FUP pada Indihome, HARUSKAN KITA KHAWATIR dengan SKEMA FUP IndiHome?

Apa itu FUP? FUP adalah kependekan dari Fair Usage Policy atau dalam bahasa Indonesia memiliki arti Kebijakan Penggunaan Wajar yang mana sederhananya FUP adalah “batas pemakaian wajar” dengan jangka waktu pemakaian tertentu. Nah, di era serba Internet belakangan ini, kata FUP kerap dihubungkan dengan paket Internet yang disediakan penyedia layanan Internet (Internet Provider). Yup, memang. Setiap paket Internet diberlakukan FUP yang berbeda-beda untuk setiap Internet Provider. Tujuaanya untuk memastikan seluruh pelanggan mendapatkan kenyamanan akses internet, Kebijakan FUP juga akan berlaku keseluruh ISP di Indonesia.

Contoh FUP, Provider A menerapkan FUP 3GB, artinya batas wajar penggunaan paket internet dengan kecepatan utama sampai pemakaian 3GB, lebih dari itu diberlakukan aturan kecepatan berbeda. Biasanya lebih rendah dari kecepatan utama.

Mulai Februari 2016 Telkom Indonesia menerapkan aturan baru bahwa untuk paket 10Mbps keatas akan dikenakan FUP termasuk pelanggan-pelanggan lama. Bukan tanpa alasan, paket Internet dari Telkom yang dulu sebelum berubah jadi IndiHome bernama Speedy ini dikenal luas memberikan solusi Internet Unlimited alias tanpa batas, tanpa FUP. Euforia semakin menjadi ketika Telkom mengumumkan akan merilis generasi terbaru Speedy yang menawarkan koneksi super cepat dengan jaringan berteknologi Fiber Optic. Wajar jika kemudian respons negatif tersebut muncul lantaran adanya harapan besar ke IndiHome yang menyediakan solusi internet kencang dan tanpa batas. 

Lalu HARUSKAN KITA KHAWATIR dengan SKEMA FUP IndiHome?

Pertanyaan di atas yang sekaligus jadi judul postingan ini muncul saat saya banyak menerima pertanyaan dari banyak pelanggan mengenai aturan FUP yang baru. Bolak-balik saya bertanya pada manajemen kantor, “Apa iya ngefek banget penerapan FUP IndiHome ini dengan kenyamanan berselancar di Internet?” Pertanyaan kedua “apakah batas Fair Usage yang 300GB kurang?”

Daripada pertanyaan-pertanyaan tersebut menggelayuti pikiran saya, saya coba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan membuat sedikit analisa dengan mengedepankan logika dan kondisi sebenarnya.

Pengamatan kondisi sebenarnya saya lakukan dengan mengamati berapa rata-rata penggunaan data dari perangkat yang saya gunakan. Caranya gampang, hampir semua smartphone Android memiliki fitur bawaan untuk mencatat penggunaan data (upload/download) Internet. Untuk penggunaan normal – browsing, chating, dan streaming -, sehari tercatat data yang saya gunakan kurang dari 300MB. Pol mentok 800 – 1GB MB per perangkat mobile per hari dan itu saat-saat tertentu ketika upgrade aplikasi dan lagi senang main game atau keranjingan nonton youtube.

Untuk penggunaan di Laptop atau PC, memang agak besar dibanding penggunaan di perangkat mobile. Tercatat satu hari, rata-rata penggunaan data di laptop sampai angka 900MB – 1GB (penggunaan normal). Kadang sampai 4GB (ini mentok) saat saya butuh download repository atau Film.

Jika di total, dengan pemakaian rata-rata perhari 8GB – total dengan penggunaan data di perangkat seluruh pengguni rumah ada Ibu, Adik, dan Istri + Saya – sebulan tinggal dikalikan 30 saja. Totalnya saya menghabiskan kuota Internet sebesar 240GB. Dan karena saya pakai paket 10 Mbps, skema FUP IndieHome tak berlaku. Saya tetap bisa nyaman Internetan dengan speed UpTo 10 Mbps. Dan kalau misal kuota yang saya pakai lewat 300GB, saya rasa masih nyaman Internetan karena hanya turun jadi 75% dari speen utama alias 7,5 Mbps.